Nani Wartabone berasal dari keluarga pejabat pemerintahan belanda, ibunda beliau adalah seorang bangsawan. Namun, rasa nasionalisme tetap tumbuh kuat di dakam jiwanya. Beliau lahir pada tanggal 30 April 1907 di Gorontalo . Beliau mulai aktif mempertahankan indonesia mulai sekolah di Surabaya. Pada tahun 1928, Nani Kembali Gorontalo dan membentuk perkumpulan tani (hulanga). Kepada anggota hulanga ditanamkannya rasa kebangsaan. Beliah juga mendirikan cabang PNI dan Partindo. Setelah kedua organisasi itu di bubarkan, Nani Wartabone aktid di Muhammadiah.
Nani Wartabone kemudian mendengar jepang telah menduduki manado. Orang- orang Belanda melarikan diri ke Peso. Hal ini membuat orang Belanda di Gorontalo menjadi ketakutan dan bersiap pergi terlebih dahulu melakukan bumi hangus. Beliau merasa waktu perlawanan terhadap belanda telah tiba.
Pada tanggal 22 Januari 1942, Belanda membakar kapal motor Kalio dan gedung kopra di pelabuhan. Mengetahui hal ini, Nani Wartabone menyuapkan senjata dari para pemuda. Jumat pagi, 23 januari 1942, pasukan yang dipimpin langsung oleh Nani Wartabone berangkat dari Suwawa menuju Gorontalo. Sepanjang perjalanan, banyak rakyat yang ijut bergabung. Pukul 9.00 pagi semua pejabat Belanda di Gorontalo berhasil di tangkap. Setelah itu, Nani Memimpin rakyat menurunkan bendera Belanda dan mengibarkan benderah Merah Putih.
Ketika Jepang berkuasa si Indonesia, Nani Wartabone di tangkap dan dipenjarakan di Manado hingga juni 1944. Beliau kembali di penjarakan dan di pindahkan ke Morotai, lalu di penjarakan di cipinang, Jakarta, karena menolak menyerahkan kekuasaan pada Australia sebagai wakil sekutu. Beliau di bebaskan pada tanggal 23 Desember 1949. Sebelum meninggal, Beliau pernah menjabat sebagai Residen Koordinator Sulawesi Utara, anggota DPR gotong royong, anggota Dewan Perancang Nasional, dan anggota MPRS. Beliau tutup usia pada tanggal 3 Januari 1986 di Gorontalo.